Sunday, 9 October 2022

Jangan Gunakan App GB WhatsApp !!!

Jangan Gunakan App GB WhatsApp !!!



google.com, pub-0655609370809761, DIRECT, f08c47fec0942fa0


Hal yang umum terjadi dalam penggunaan aplikasi di Indonesia adalah kenyamanan bukan keamanan. Bagaimana satu aplikasi yang memiliki keunggulan kenyamanan akan menjadi pilihan dengan tidak pernah memikirkan resikonya. Namun ketika masalah muncul seperti pencurian data yang baru - baru ini viral hampir semua termasuk penyelenggara negara kebakaran jenggot dengan kebocoran data pribadi sebagian diantara mereka.







GB WhatsApp bukan keluaran dari Provider Meta. Sejak kehadirannya entah dari mana di mulai hampir semua media di Indonesia menawarkan pilihan penggunaan GB WhatsApp yang mereka klaim memiliki keunggulan lebih. Seperti yang disampaikan sebelumnya opsi lebih kepada kenyamanan bukan keamanan.


GB WhatsApp seperti kloning - kloning WhatsApp sebelumnya dari mulai tampilan yang berbeda, icon WhatsApp berwarna gold dan lain sebagainya, itu hasil dari orang - orang India.


India adalah salah satu negara dengan jumlah deteksi trojan Android tertinggi dan WhatsApp versi tidak resmi pihak ketiga yang dikloning memimpin dalam memata-matai obrolan orang-orang di negara itu, sebuah laporan baru memperingatkan.


Di balik sebagian besar deteksi spyware Android dalam empat bulan terakhir adalah 'GB WhatsApp' versi WhatsApp pihak ketiga yang populer tetapi kloning, menurut laporan oleh perusahaan keamanan dunia maya ESET.


Aplikasi berbahaya tersebut memiliki berbagai kemampuan mata-mata, termasuk merekam audio dan video.


"Aplikasi kloning tidak tersedia di Google Play dan, oleh karena itu, tidak ada pemeriksaan keamanan dibandingkan dengan WhatsApp yang sah, dan versi yang tersedia di berbagai situs unduhan penuh dengan malware," kata laporan itu.


India (35 persen) juga menempati peringkat kedua setelah China (53 persen) sebagai geolokasi untuk bot yang membentuk botnet internet of things (IoT) terbesar yang disebut 'Mozi' dari Mei hingga Agustus 2022.


Botnet IoT 'Mozi' melihat jumlah bot turun 23 per cdnt dari 500.000 perangkat yang disusupi menjadi 383.000 pada Mei-Agustus.


Namun, China dan India terus memiliki jumlah bot IoT tertinggi yang berlokasi di dalam negara masing-masing.


"Statistik ini mengkonfirmasi asumsi bahwa botnet 'Mozi' bekerja secara otomatis, berjalan tanpa pengawasan manusia sejak pembuatnya yang terkenal ditangkap pada tahun 2021," kata laporan itu.


Bahkan dengan jumlah yang menurun, alamat IP Rusia terus bertanggung jawab atas sebagian besar serangan protokol desktop jarak jauh (RDP).


"Rusia juga merupakan negara yang paling menjadi sasaran ransomware, dengan beberapa serangan bermotif politik atau ideologis oleh perang," kata Roman Kovac, Chief Research Officer di ESET.


Laporan tersebut juga memeriksa ancaman yang sebagian besar berdampak pada pengguna rumahan.


"Dalam hal ancaman yang secara langsung memengaruhi mata uang virtual dan fisik, skimmer web yang dikenal sebagai Magecart tetap menjadi ancaman utama yang mengincar detail kartu kredit pembeli online," kata Kovac.


Dan lebih jauh lagi, dengan aplikasi WhatsApp yang dengan mudah dapat dikloning, menggambarkan bahwa WhatsApp itu sendiri tidak aman. Dan kami Aha Sarang Komputer yang bagian dari yang diberi kepercayaan oleh WhtasApp beta untuk menguji aplikasi tersebut sebelum diluncurkan (juga sejak tahun 2007 memantau perkembangan digital Internet dan aktif dalam memerangi cyber crimes terutama yang berlokasi di AS), melihat sejak WhatsApp menggunakan fitur gif dan stikers, Aplikasi ini sudah mulai tidak aman. Apalagi ketika akan menambahkan iklan.


Beberapa insinyur berhasil mendekompilasi kode java di aplikasi WhatsApp yang menyediakan banyak fitur baru yang tidak ada di aplikasi asli. jika mereka mendekompilasinya maka tentu mereka dapat menambahkan fitur baru.


Pembaharuan - pembaharuan yang dilakukan oleh para Insinyur WhatsApp yang tujuannya sudah dapat dipastikan untuk memberikan kenyamanan pengunanya sekaligus juga memberikan keuntungan pada perusahaan, ternyata mereka mungkin tidak menyadari justru malah aplikasi tersebut makin mudah diakses pihak lain. Entah ini karena ketidaksengajaan atau memang pura - pura tidak sengaja.


Demikian informasinya, bijaklah sebelum menentukan pilihan. Dan sebaiknya Pemerintah melarang media berita di Indonesia menyebarkan penawaran aplikasi android dan iOS, terutama aplikasi untuk media komunikasi. Karena terbukti secara tidak langsung menjadi kepanjangan tangan para crimes cyber karena ketidaktahuannya yang lebih dalam dan atau kurangnya pengetahuan bahasa pemrograman.














ARTIKEL TERKAIT





Tip Kirim Photo Video Tanpa Memenuhi Memori Ponsel
WhatsApp Sekarang Meluncurkan Dukungan Multi-Perangkat di iOS dan Android
WhatsApp akan berhenti berfungsi di ponsel Apple dan Android minggu depan
Pengguna iPhone memperingatkan tentang WhatsApp backup saat berpindah ponsel
Cara Transfer Pesan WhatsApp dari Android ke iPhone
WHATSAPP: ANDA TIDAK DAPAT MEMBACA ATAU MENGIRIM PESAN JIKA ANDA TIDAK SETUJU DENGAN ATURAN BARU
1 Januari 2021 - WhatsApp stop di Galaxy S2 dan lainnya
WhatsApp telah uji coba fitur Iklan Status
Cara tetap aman dalam kebijakan privasi baru WhatsApp
Pembaruan kebijakan privasi WhatsApp: Prihatin tentang privasi, pengguna mencari alternatif seperti Signal, Telegram
1 Januari 2021 - WhatsApp stop di Galaxy S2 dan lainnya

No comments:

Post a Comment